BANDUNG - Menjadi anak yang baik tidak selalu mudah banyak kriteria yang harus ada pada anak baik.
Nilai-nilai kebaikannya pasti dirasakan oleh orang tuanya, oleh orang terdekatnya, oleh temannya, oleh gurunya, oleh tetangganya
dan lain sebagainya.
Ia anak baik, Itu yang kudengar-kubaca di berbagai media - social media, dari ratusan orang lebih, termasuk dari seorang ustadz muda yang cukup kondang yang menilainya.
Atas dasar itu tadi, setelah Shalat Isya di masjid. Aku menelusuri gedung Pakuan, di mulai dari Viadek depan kantor Pusat PT Kereta Api melingkar dan membelokke gedung Pakuan. Penuh oleh kendaraan dan pejalan kaki, remaja putra dan putri., tumpah disana.
Baca juga:
Gladi Kedatangan Pekerja Migran Indonesia
|
Jenazah Eril, putra sulung bapak Ridwan Kamil
baru saja tiba dari perjalanan panjang, Swis. Gerimis hujan menyertai kedatangannya. Bandung dan alam sekitar seakan turut berduka. Lantunan ta’siah sayup terdengar dari suara pengunjung yang berada di luar di pinggir pagar besi, ramai, hingga memenuhi jalan raya. Kendaraan stag disana cukup lama.
Terlihat wajah-wajah tertunduk. Entah apa yang dirasakan. Ada yang meneteskan airmata yang jatuh bersamaan gerimis hujan.
Lantunan Taksiah masih saja terdengar. Aku perhatikan suara itu ternyata datang dari suara beberapa remaja yang tengah memandang k edalam gedung Pakuan.
Seketika aku berpendapat “Anak baik, " akan dikunjungi oleh anak-anak baik pula."
Bandung
Eddy Syarif
Tukang Foto Keliling